Sabtu, 16 April 2011

Cinta Makhluk yang Dho’if

Ya Rabb…, aku mencintaiMu!
Walaupun dengan cinta makhluk yang dho’if
Dan bayangan semu dunia kadang menrayuku
Maka jangan sembunyikan WajahMu
Agar cintaku tak tertutup tabir

Ya Rabb…, aku mencintaimu!
Walaupun dengan cinta makhluk yang dho’if
Dan kesenangan dunia yang menipu kadang melalaikanku
Maka jangan singkirkan tanganMu menuntunku
Agar ketaatanku tak tersapu nafsu

Ya Rabb…, aku mencintaimu!
Walaupun dengan cinta makhluk yang dho’if
Dan dosa-dosa yang kotor kadang melumuriku
Maka jangan jauhkan mata air pengampunanMu
Agar kesadaranku tak lagi terhapus waktu

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ 
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS. Ali Imran: 7)

Selasa, 05 April 2011

Diskret

Manusia hidup dengan keberlangsungan
Namun mereka sangat menyukai jeda bahkan kekosongan
Jeda-jeda yang memanjakan, melenakan, kosong yang melupakan

Sungguh ketika dimulai
Kita tak mampu menghentikan bilangan
Semua berhitung,
Lalu berapa banyak yang kita isi
Dan berapa banyak yang kita kosongkan...?!

Minggu, 03 April 2011

Dikenalin Pearl Buck sama Anchee Min

“Saya merampungkan membaca The Good Earth saat penerbangan dari Chicago ke Los Angeles. Terperuk dan menangis tersedu-sedu. Saya tidak dapat menahan diri karena teringat bagaimana saya pernah menentang penulis buku itu. Saya teringat bagaimana Madam Mao meyakinkan seluruh nusantara untuk membenci Pearl Buck. Selama ini kita telah salah! Saya tidak pernah menemukan penulis manapun, termasuk penulis-penulis China yang paling disegani, yang menuliskan tentang rakyat kita dengan begitu memuja, mencintai dan manusiawi.
 Pada saat itulah Pearl of China terbayang.”

Catatan tersebut ditulis Anchee Min dilembar-lembar terakhir novelnya. Seperti biasa, jika membaca novel yang menarik minat, maka akupun akan sangat tertarik dengan motif sang pengarang menulis novelnya. Dengan cara seperti itu, aku merasa lebih mengerti apa yang ingin disampaikan sang pengarang dalam bukunya.

Pearl of China adalah sebuah novel yang menceritakan persahabatan antara Willow, seorang perempuan asli Chin-kiang, China dan Pearl Sydensticker Buck, perempuan Amerika yang tumbuh besar di China. Pearl merasa bahwa ia lebih mengenal China daripada Amerika, kampung halaman orangtuanya. Pearl adalah tokoh nyata  sang peraih nobel sastra yang digambarkan Anchee Min dengan mengumpulkan berbagai literatur tentangnya. Sedangkan karakter Willow adalah kombinasi sejumlah teman-teman  China Pearl yang sebenarnya dari berbagai fase kehidupnya.

Pada bagian awal saat menceritakan pertemuan Pearl dengan Willow didapatkan latar belakang secara umum kehidupan rakyat China kelas bawah, dan latar belakang kehidupan Pearl Buck. Ayah Pearl, Absalom seorang pastor Kristen yang sangat gigih memperjuangkan penyebaran agamanya. Ia bahkan memgutamakan pekerjaannya itu daripada keluarganya. Di bagian awal ini pula aku tersenyum-senyum menyaksikan bagaimana budaya dan kepercayaan masyarakat setempat memaksa Yesus Kristus mengubah penampilannya dengan badan lebih gemuk, hidung lebih pendek dan mata lebih sipit. Walaupun pada awalnya masyarakat yang ada disekeliling keluarga Absalom banyak yang hanya tertarik dengan materi baik itu sekedar makanan, bantuan-bantuan, pekerjaan atau kedudukan yang diberikan keluarga Absalom, namun selanjutnya banyak orang yang kemudian mengerti dan mengimani kepercayaan Absalom sehingga ia dan keluarganya begitu dicintai oleh rakyat Chin-kiang.

Pada bagian tengah, novel menceritakan seputar kisah cinta Pearl juga Willow dengan pasangan-pasangannya. Kisah cinta mereka tak ada yag berakhir bahagia. Suami pertama Willow menikahinya hanya untuk menjadikannya gundik dan pembantu. Laki-laki kedua dalam hidup Willow, Hsu Chih-mo seorang sarjana sastra terkemuka yang tak pernah mengetahui perasaannya karena ternyata ia malah mencintai sahabatnya, Pearl. Akhirnya ia menikah dengan Dick, yang ternyata seorang kepercayaan pimpinan partai komunis, Mao. Pernikahan ini juga membawa penderitaan panjang bagi Willow karena ia mempertahankan keimanannya pada Yesus dan kesetiaannya pada Willow. Sedangkan Pearl, gagal dipernikahan pertamanya ia pun jatuh cinta pada Hsu Chih-mo yang kemudian meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat.

Menjadi orang asing di China pada saat itu menjadi begitu sulit setelah beberapa perubahan situasi politik di China terjadi. Awal keguncangan terjadi karena  adanya  pemberontakan kaum Boxer yang menganggap bahwa orang-orang asing telah menghancurkan  China. Selanjutnya partai Nasionalis yang berkuasa dan memerangi komunis menganggap bahwa komunis adalah gagasan asing. Karena gereja adalah rumah ibadah orang Kristen, agama yang dibawa orang asing, maka komunis tentu juga bersembunyi di gereja. Kemudian partai komunis sendiri yang dapat menggulingkan pemerintahan yang berkuasa  tidak percaya kepada  Tuhan dan agama. Ini menyebabkan pada saat itu komunis memusuhi dan menindas orang-orang yang beragama.

Dengan kondisi China pada saat itu, sangat sulit untuk Pearl mempertahankan diri untuk menetap di China yang dicintainya. Ia dan keluarganya berkali-kali pindah dari suatu daerah ke daerah lain untuk menghindari bahaya. Akhirnya Pearl memutuskan pergi ke Amerika setelah nyaris akan dibunuh bersama keluarganya. Sedangkan Absalom memilih mempertaruhkan nyawa untuk terus memelihara dan mengembangkan jama’at gerejanya di China.

Sejak saat itulah Pearl tak pernah lagi menginjakan kakinya di China. Bukan karena tak mau, namun atas nama China, Madam Mao dengan segala cara menentang kedatangannya ke China. Tak hanya itu, Madam Mao melakukan propaganda bahwa Pearl Buck adalah orang Amerika yang menghina China. Namun walaupun tak bisa lagi ke China, Pearl tetap mengenang dirinya sebagai seorang China, melalui buku-bukunya ia menggambarkan China seperti apa yang dirasakannya.

Novel ini, sungguh membuatku berulang kali harus ikut merasakan penderitaan rakyat China yang berkepanjangan. Kemiskinan, perang, pembantaian dan huru-hara yang terjadi bertubi-tubi. Betapa peperangan ideologi merenggut banyak hak manusia. Ironisnya, perjuangan akan ideologi sering kali bercampur baur dengan nafsu akan kekuasaan hingga menghalalkan segala cara.

Ah, aku makin bersyukur karena menjadi seorang muslim yang hidup di Indonesia dan lahir pada tahun 1985. Tanpa konflik sedasyat itu. Karena siapa tahu, saat didera dengan cobaan-cobaan yang sangat berat ternyata kita mampu membunuh keimanan  kita sendiri atas nama sakitnya penderitaan. Na’udzubillah….