Rabu, 05 Desember 2012

DUTA-DUTA


Duta-duta kemiskinan
Berkeliaran di kolong jembatan
Tak pernah diperhitungkan
Sampai mereka mencuri
Demi membekap mulut lambung
Yang tak mau diam bersenandung

Duta-duta keputusasaan
Berlarian di jalan-jalan
Tak pernah diperhitungkan
Sampai mereka  membunuh
Demi mengusir jarak jurang kesenjangan
Yang tak mau berkurang

Duta-duta “Kebesaran”
Tak pernah “tidak” diperhitungkan
Sampai mereka menghina diri
Demi menyenangkan nafsu dan anak istri
Yang tak mau tahu dosa korupsi

Selasa, 04 Desember 2012

HUJJAH


Senandung pengharapan mengalun indah dari lisan-lisan yang telah basah oleh dzikir. Harapan terhadap curahan rahmat dan kasih sayang dari Sang Pecinta Sejati. Harapan limpahan rizky yang turun sepanjang malam dan siang. Harapan mendapat tuntunan hidup dalam kepemimpinan hakiki. Hidup dalam kebenderangan cahaya petunjuk. Merindukan hidayah saat isi kepala ternyata terlalu terbatas untuk mencerna samudera ilmu yang tak terhingga.
Lantunan-lantunan yang meresap dalam sanubari dan menjadikannya keyakinan. Keyakinan yang akan menjadi hujjah, penjelas bagi segala hal yang diragukan. Lalu mereka memejamkan mata, mengamini do’a-do’a tulus yang dijemput para malaikat yang naik ke singgasana Maha Megah. Singgasana Sang Pemeihara alam semesta.
~Menyusun Harapan~

Senin, 15 Oktober 2012

Konspirasi Adalah Keniscayaan

Resensi novel
THE LOST JAVA

Peperangan antara kebenaran dan kejahatan akan selalu terjadi. Di bumi ini ada sebagian orang yang dengan tulus mendedikasikan diri untuk kelestarian umat manusia. Sementara sebagian orang lagi, demi ambisi menguasai dunia, tak perduli jika seluruh umat manusia harus musnah ditangannya.
Secara umum, orang mengira bahwa agar tercipta sebuah tatanan kehidupan yang stabil, maka konfik yang terjadi harus diselesaikan. Namun bagi sebagian orang, konfik adalah amunisi yang harus ada. Jika perlu, konfik bahkan harus diciptakan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Dalam tatanan kehidupan global yang kompleks, konspirasi adalah keniscayaan! Siratan pesan itulah yang dipahatkan Kun Geia dalam novelnya The Lost Java (TLJ).
Peningkatan suhu global, ketidak stabilan iklim dan  peningkatan permukaan air laut adalah dampak yang umumnya diketahui dari global warming. Perlahan-lahan akan terjadi pula gangguan ekologis dan sosial. Kun Geia mengangkat klimaks dari global warming  yang belum lazim diketahui yaitu  Paleocene Eocene Thermal Maximum. Bencana besar berupa tertutupnya permukaan bumi dengan lapisan es yang menyebabkan kepunahan masal.
Para ilmuan yang pastinya paling mengetahui akan bahaya ini adalah kelompak yang ada di garda paling depan dalam mengatasi semua dampak yang timbul. Upaya-upaya dilakukan dari mulai pendidikan kesadaran publik, mempengaruhi kebijakan pemerintah sampai upaya praktis penanggulangan global warming di lapangan.
Begitulah yang dilakukan para ilmuan hasil imajinasi Kun Geia. Mereka mendedikasikan hidup untuk meneliti sebuah formula guna membuat hujan buatan di puncak tertinggi antartika, Vinson Masiff. Proyek ini bertujuan membuat hujan badai buatan sehingga menambah volume es dan menjaga es abadi yang sudah ada di antartika tetap membeku. Dengan begitu methane hydrates yang tersimpan di dalam es akan tetap tertimbun. Methane hydrates sendiri mempunyai efek rumah kaca 25 kali lebih besar dari karbon dioksida.
Membaca novel TLJ yang ber-genre science-thriller fiction, setidaknya akan kita nikmati racikan antara dua unsur yaitu teori ilmiah yang mengasah otak dan adegan ketegangan yang memicu adrenalin. Tema global warming menuntut deskripsi fenomena ilmiah yang mampu dijelaskan secara cerdas. Begitu pula latar tempat utama yang diambil adalah Vinson Masiff, puncak pegunungan Antartika. Tempat yang  akan membayangi benak kita tentang sebuah tempat yang ekstrim dan menantang. Belum lagi keterlibatan jaringan internasional Dark Star Knight dengan misinya membentuk The New World Order.  Pemerintahan global dunia di tangan zionis yahudi.
Dua puluh empat Protocols of Zion  menjadi panduan Zionisme Internasional yang memiliki rencana besar untuk menghancurkan ummat beragama. Mereka menginginkan sebuah dunia dengan hanya beragama satu, agama yahudi. Sedangkan inti ajaran agama yahudi tidak lain adalah materialisme. Tujuan mereka dicapai dengan strategi-strategi licik, adu domba, kekuatan militer, perang, kecanggihan teknologi dan mencuci otak masyarakat dengan ideologi materialisme. Semua itu mereka bungkus atas nama kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan sepanjang masa.
Sebagai novel science, secara umum Kun Geia mendeskripsikan data dan fakta dengan baik. Mulai dari global warming itu sendiri, istilah-istilah kimia, fisika, kedokteran sampai istilah pendakian. Pada bagian awal novel saja kita disuguhi dengan detail  adegan yang membuat ngilu berupa proses operasi jantung pada  Gia Ihza, tokoh utama novel ini.
Kun Geia banyak melakukan pendekatan ilmiah yang tidak lazim diketahui umum. Pertama, global warming yang identik dengan karbondioksida, kini ia sandingkan lebih kuat dengan methana hydrates. Kedua, cara pendekatan solusi global warming yang identik dengan penghijauan dan  pengurangan bahan bakar dari fosil. Kun Geia menghadirkan mega proyek di novelnya berupa upaya penimbunan methane hydrates dengan hujan buatan. Ketiga, penjelasan tentang Paleocene Eocene Thermal Maximum yang tak banyak disadari orang.  Keempat, Kun Geia dengan berani menunjukan konspirasi pemanfaatan isu global warming sebagai perdagangan migas yang hanya menguntungkan pihak tertentu.  Secara ilmiah kualitas TLJ sudah mumpuni. Pastilah novel ini dibuat  melalui proses riset yang dalam dan cukup panjang.
Alur cerita TLJ memang tak sulit untuk dimengerti. Namun dengan adegan-adegan yang membuat pembaca  penasaran dan memacu adrenalin, alur TLJ tergolong cepat. Cara Kun Geia menjeda-jeda dari adegan dengan voltase tinggi ke voltase rendah atau sebaliknya, akan membuat pembaca geregetan. Namun disanalah letak menariknya. Entah Kun Geia memberi waktu pada pembaca untuk mengambil nafas atau ia bahkan berusaha untuk tetap mempertahankan ketegangan dengan mengulur-ulur cerita dengan adegan lain agar muncul rasa penasaran pembaca.
Ketegangan sudah dimulai dari awal bab ketika tim Warrriors of Antartic (WAR) yang akan menciptakan hujan buatan di puncak Vinson Masiff  gagal menuntaskan misinya. Ketegangan itu terus menerus berlanjut sampai misi tim WAR  kedua 31 tahun kemudian yang ternyata dibuntuti anggota organisasi yahudi internasional Dark Star Knight . Anggota Dark Star Knight sendiri berkepentingan untuk merampas formula yang digunakan tim WAR untuk mereka gunakan melenyapkan pulau Jawa di Indonesia.
Kepentingan Dark Star Knight sendiri untuk melenyapkan pulau Jawa tidak jauh dari misi utamanya menjadi penguasa dunia. Misi mereka adalah mengadu domba antara negara Indonesia dan negara tetangganya. Pertikaian akan terjadi, bahkan mungkin menyebabkan peperangan. Dalam waktu genting tersebut organisasi Zionis akan mengambil kesempatan sebagai pihak yang memberi bantuan. Maka makin bergantunglah Indonesia yang notabene mayoritas beragama islam itu dan negara-negara disekitarnya pada kekuatan organisasi Zionis.
Ketegangan juga muncul secara alami saat tim WAR menghadapi dasyatnya kekuatan alam di pegunungan antartika, puncak tertinggi Vinson Massif. Mendaki gunung dengan cuaca ekstim, keterbatasan fisik, keterbatasan pengalaman, suhu ekstrim dan membawa benda penting berupa formula pembuat hujan dilengkapi dengan nuklir untuk pemicu terbentuknya badai. Belum lagi ancaman organisasi   Dark Star Knight, yang sebelumnya telah sukes melenyapkan nyawa beberapa ilmuan mereka. Nuansa Thriller dalam novel TLJ berhasil membawa pembaca larut dalam ketegangan.  
Namun dibalik keberhasilan Kun Geia meracik cerita TLJ yang cantik, sebagai penikmat novel ada beberapa hal yang mengganjal di benak saya. Pertama, tentang ide cerita bahwa  Jaringan Zionis Internasional mengincar formula yang diracik oleh ilmuan lain. Bagi saya hal ini kurang masuk akal. Sepengetahuan saja, bangsa Yahudi adalah bangsa yang cerdas dan memiliki penemuan dan persenjataan yang serba canggih. Jadi untuk sekedar melenyapkan pulau Jawa dari peta dunia, tak perlu repot-repot menunggu formula dari ilmuan lain.
Kedua, jikalau motif pengejaran tim WAR adalah motif balas dendam Keinan atas kematian yunin istrinya, ini juga menurut saya kurang logis. Keinan memiliki fasilitas spionase internasional yang bahkan mampu menjebol kerahasiahan dua tempat musuhnya (Riyadi dan Wahyu) yang dilengkapi sistem keamanan canggih. Maka akan terasa aneh jika Keinan tidak mengetahui sekedar berita bahwa Yunin belum meninggal.
Ketiga, jika perhitungan saya benar, Garuda Putih Laboratory (GarPu Lab) didirikan tahun 1980. 35 tahun berikutnya dilakukan misi WAR 2, yang berarti tahun 2015. Sedangkan misi WAR 1 dilakukan 31 tahun sebelumnya, berarti sekitar tahun 1984. Artinya GarPu Lab sudah ada saat misi WAR 1 dilakukan. Pada saat itu Yunin menjadi pimpinannya, artinya suaminya Keinan harusnya mengetahui banyak tentang GarPu Lab karena mereka berdua juga ikut dalam penelitian dan misi WAR. Selain itu Mahmoud yang telah dipaksa menjadi mata-mata tahu persis dimana letak GarPu Lab tersebut. Maka kurang logis jika keberadaan GarPu Lab tidak mampu diketahui  Zionis.
Keempat, adalah hal yang paling utama mengganggu benak saya. Proyek WAR dengan penelitian yang memakan waktu sangat panjang dan biaya yang sangat mahal tidak dipersiapkan dengan baik alias dieksekusi dengan sangat gegabah. Proyek sepenting itu seharusnya dipersiapkan bertahun-tahun secara pasti siapa yang akan menjalankannya, kriteria orang yang menjalankannya dan berbagai prosedure operasional lainnya.
Dalam misi WAR 2, Gia yang memiliki keterbatasan fisik dibolehkan ikut. Padahal ilmuan sekaliber Gia cukuplah menjadi peneliti, untuk eksekusi perlu dipersiapkan tim lain. Sharma yang sama sekali tidak mengetahui proyek dari awal juga dibolehkan ikut begitu saja. Dalam misi ini juga terlihat ketika berangkat anggota tim tidak dibekali dengan  kemampuan dasar yang diperlukan. Sebagai contoh, seharusnya telah dipersiapkan orang-orang dalam Misi WAR itu adalah orang yang telah dilatih naik gunung. Atau sekurang-kurangnya jika tidak ada latihan khusus mereka ditemani bodyguard yang bisa menjaga mereka baik dari ancaman alam maupun ancaman teroris zionis yang merongrong mereka.
Terlihat pula tidak adanya Standar Operasional Procedure yang dibekalkan pada tim ini. Buktinya pertama saat dengan ceroboh kompas yang dipakai adalah kompas analog. Kedua, ketika keadaan darurat menon-aktifkan roket, semua tim kebingungan apa yang harus dilakukan. Dua hal itu menurut saya adalah kesalahan yang fatal dalam misi sepenting ini.
Kelima, novel TLJ secara desain sangat menarik dan artistik. Namun konten diawal-awal buku yang menurut saya terlalu banyak endorsement cukup mengganggu. Cukuplah beberapa orang yang dinilai penting, atau komentarnya yang dinilai penting yang perlu dicantumkan. Kelemahan terakhir adalah masalah teknis berupa beberapa kesalahan menulis kata yang dapat diedit ulang dicetakan selanjutnya.
Secara umum, kelemahan The Lost Java yang saya tuliskan dalam resensi sebenarnya tertutup rapat oleh keberanian Kun Geia menjadikan novel ini begitu hidup dengan berbagai konspirasi sosial politik dan juga karena deskripsi latar tempat yang cukup  detail.  The Lost Java adalah novel yang patut menjadi referensi untuk berbagai kalangan. Bahasa TLJ yang ilmiah menjadikannya layak untuk dikonsumsi para akademisi. Namun karena ia tak melupakan penjelasan secara jelas dan lugas terhadap istilah-istilah asing yang dibawa, maka TLJ pun layak dikonsumsi masyarakat umum penikmat novel. The Lost Java juga merupakan novel yang kaya akan pesan mulai dari pesan keperdulian pelestarian alam, pesan persahabatan, pesan religi sampai pesan yang menyinggung masalah percintaan.

Judul                        : The Lost Java
Penulis                      : Kun Geia
Editor                       : Baharuddin dan Ika Yuliana K.
Penerbit                    : IG Press
Jumlah halaman         : xvi + 363
Cetakan pertama       : Juni 2012
ISBN                        : 978-602-18409-0-0

Rabu, 12 September 2012

Mozaik Persahabatan

~Persahabatan Selalu Terasa Indah, Bahkan Ketika Ragamu Tak Berdaya Mengucapkannya~

Kalau lagi lelah gini, suka tiba-tiba teringat padamu sahabat...!

Selepas mengajar les, setengah berlari  aku mengejar waktu agar tak terlambat kuliah.  Namun setelah menginjakan kaki di kampus, niatku untuk kuliah luntur karena rasa sakit. Sakit yang menyerang kepalaku hingga pandanganku kabur.  Lalu mual di perut pun mengikuti. Robohlah aku terduduk. Mencoba mengirim armada imunitas tubuh untuk bernegosiasi  dengan rasa sakit yang mengganggu.

Aku memangilmu untuk menemani. Namun rasa sakit ini tak mau mengalah. Mereka mengintimidasiku. Menyuruhku untuk menyerah dan merindukan pembaringan. Maka kuminta engkau menemaniku pulang. Engkau pun memboncengiku dengan sepeda ontel kuningmu. Tiba di kosan bertemu aku dengan kasur yang kurindukan. Kupejamkan mata, kuadukan kesakitanku padanya. Namun ternyata empuknya kasur  tak mampu mendamaikan jiwa dan raga.

Ingatkah engkau saat itu? Engkau  yang menemaniku, bertanya apa yang bisa dibantu.  Pikirku pun buntu. Akhirnya aku ingin mencampakan kasur ini. Merindukan yang lain di sebuah klinik. “Resep obat dari seorang dokter!”  Namun saat aku bangkit, sesuatu terdorong dari perutku yang serasa diaduk. Berserakanlah isi perut itu di lantai kamarku.

Membersihkan kamar? Tidak! Jangankan bangkit, menghentikan putaran di kepala aku tak mampu.  Koordinat  semua benda tiba-tiba acak, tak bisa diditeksi syaraf pusatku. Beruntunglah seorang sahabat yang lain tak perduli pada harum tubuhnya. Ia membuktikan baik hatinya dengan membersihkan isi perutku yang berserakan di lantai. Ingin kukatakan, “ jangan”. Namun tak mampu. Ingin kukatakan “maaf”. Tapi tak mampu. Ingin kukatakan “terima kasih”. Itu pun  masih tak mampu.

Wajahmu yang panik saat itu memintaku bersabar. Akan engkau carikan kendaraan yang  kan membawaku ke klinik yang kurindukan. Sebab tak mampu lagi aku memegangi  jok sepeda yang kau kayuh seperti tadi saat kau mengantarku pulang. Tak lama engkau pun datang bersama seorang abang becak. Lalu kau memapah tubuhku yang lemah, duduk manis di jok becak.

Resep telah di tangan. Aku pun kembali kau antar pulang. Aku mencoba mengistirahatkan jasadku yang tengah diuji. Walau tak mudah, tapi terus kucoba. Engkau kembali ke kosanmu, namun tak lama kembali lagi menemuiku. Memastikan aku berangsur baik. Membawakan aku sebungkus bubur hangat yang kupesan.

Engkaupun bersedia menemani malamku saat itu. Aku tergugu dengan perhatian dan kesetiaanmu.Aku yang berangsur membaik tidur di kasurku yang empuk. Dan engkau menungguiku di lantai beralaskan karpet.  Pagi hari saat aku terbangun. Engkau bertanya memastikan keadaanku. Engkau katakan bahwa semalaman, saat aku tidur, nafasku timbul tenggelam, sesak. Engkau sungguh khawatir. Oh, sahabatku tercinta, andai saja kau tahu bahwa aku telah baik-baik saja. Tak perlu engkau mengorbankan lelap tidurmu untuk menghitung nafas-nafasku yang berat.

Ah, sahabat. Sungguh serakan kenangan-kenangan itu tak akan hilang. Melekat kuat di jiwa. Membuatku selalu merindukanmu saat ragaku sakit, saat jiwaku galau. Ah, sahabat, semoga Allah mengganti cintamu dengan Cinta-Nya yang Maha Agung. Semoga engkau selalu mendapat kasih sayang-Nya, sebagai ganti bahwa engkau telah melimpahkan kasih sayangmu padaku saat itu.

~Teruntuk sahabat-sahabatku~
Special To : Hikmatul Husna & Yusi Nurmayasari
Jarak tak membuat rasa sayangku luntur padamu ^_^

Kamis, 05 April 2012

Kursi Kayu Kosong

Kursi kayu kosong di sebuah tanah lapang
Di bawah sebuah pohon rindang
Namun berdebu dan keropos
Merindu para perindu
Yang sanggup beristirahat dalam nyata kerja
Yang sanggup merenung dalam nyata dunia

Kursi kayu kosong di sebuah tanah lapang
Di bawah sebuah pohon rindang
Namun berdebu dan keropos
Merindu jiwa penggenggam ’Muthmainnah’
Yang tak silau dengan kursi empuk berbinar materi
Yang hanya penuh keridhoan diri dan asa untuk diridhoi..

 (Muroja'ah ; 05 April 2012, 21.23 WIB)