Rabu, 04 Mei 2011

Pemberantasan Kemiskinan

......
Ah…, aku hanya bisa menghela nafas panjang melihat rentetan realita ini. Penggusuran adalah hal yang biasa di negeri kami yang kaya ini. Berbagai alasan telah disahkan pemerintah untuk melegalkan penggusuran yang tentunya tak pernah memihak pemilik baju rombeng seperti kami. Aku sadar betapa jijiknya mereka dengan pemukiman kumuh. Betapa rindunya  mereka pada bantaran kali yang bersih dari rumah-rumah reyot yang setiap hari melempar sampah rumah tangga ke sungai. Betapa resahnya para pemimpin kota saat mendapat kritikan pedas yang mengomentari betapa acak-acakannya kota mereka karena pengemis, pengamen dan para pedagang kaki lima yang berlomba-lomba mengais rejeki ditengah keramaian kota. Namun sama sekali tidak ada orang yang menginginkan kemiskinan saat ia lahir di dunia. Mereka hanya berusaha bertahan hidup. Melawan kerasnya zaman yang penuh dengan kecemburuan sosial  karena sifat individual yang kian menghiasi watak anak adam.
Penguasa tidak mau menilai diri. Mereka tidak kemudian ikut merasa bersalah mengapa orang-orang pinggiran seperti kami ada. Selalu saja kami disalahkan karena menerima takdir menjadi orang miskin. Sebaliknya, kami merasa menjadi korban amanah yang terabaikan. Salah urus atau bahkan tak pernah diurus! Seharusnya mereka berfikir bagaimana mengatur, membina mengurus rakyat kecil agar harkat dan martabatnya terangkat. Bukan kemudian membasimi kami layaknya tikus. Pembasmian kemiskinan ala mereka mungkin dapat dilakukan dengan mudah dengan cara membasmi kami selaku orang-orang miskin. Itu cara yang mudah dibandingkan harus pusing-pusing mengurus rakyat miskin dengan program-program yang jelas dan terarah. 
.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar