Selasa, 08 Februari 2011

Bukan Cinta Biasa

Bismillahirrahmaanirrahiim..

Tema tentang cinta dan pernikahan merupakan topik yang tak pernah bosan untuk dibicarakan sepanjang zaman. Sebagian besar orang memandang cinta dalam kacamata syahwat semata. Sebagian yang lain masih bingung mencari-cari jati diri cinta yang sesungguhnya. Karena cara pandang kebanyakan orang yang keliru atau bahkan masih kebingungan tentang cinta, maraklah saat ini hubungan antara laki-laki dan perempuan yang sangat menyimpang jauh dari norma adat, sosial bahkan agama. Bagi sebagian yang telah menikah kekeliruan pola pandang ini juga membuat kehidupan keluarga yang tidak tentram dan harmonis, bahkan banyak yang berujung perceraian.

Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak dijelaskan dan diatur. Islam mengerti tentang tuntutan naluri manusia yang asasi tentang cinta. Islam berbicara banyak dari mulai bagaimana memaknai cinta yang sesungguhnya, bagaimana menentukan dan mencari kriteria bakal calon pendamping hidup, bagaimana pola interaksi dengan lawan jenis, hingga bagaimana memperlakukannya ketika resmi menjadi suami atau istri.

Islam secara bijak menyebut perihal cinta dan percintaan kepada lawan jenis sebagai sesuatu yang lumrah tetapi diposisikan menurut orientasi akhirat. Sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-Quran, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yakni wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, serta sawah-ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (Q.S. Ali Imran: 14). Islam memandang pernikahan dan pembentukan keluarga yang bervisi sebagai sarana efektif untuk menjaga martabat manusia yang luhur dari perbuatan kotor atas nama cinta serta melindungi masyarakat dari kekacauan.

Walaupun sudah dipahami bahwa cinta diarahkan sebagai bagian dari ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, namun manifestasinya pada tataran praktis tidaklah sederhana. Persoalannya kembali pada bagaimana konsep ini diwujudkan pada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan mengalami kontradiksi karena kita dihadapkan pada fakta bahwa kita hidup di lingkungan yang tidak menjadikan ajaran Islam sebagai panduan, bahkan kondusif untuk dilakukannya berbagai pelanggaran terhadap ajaran islam.

note ; Sekedar latar belakang ... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar